Selasa, 16 November 2010

Nglaju

Pagi itu, saya bangun pagi, menyiapkan bekal dan peralatan kantor, siap untuk bekerja.Perjalanan biasanya saya tempuh sekitar 1 ½ jam.Setelah berpamitan, saya begegas keluar rumah, dan berjalan menyusuri pagi.

So sweet… Indah sekali…

Begitu saya menaiki sebuah bis kecil dan langsung dipersilahkan untuk “berdiri” karena memang sudah penuh sesak, apa boleh buat, memang biasanya juga begini.Ditengah himpitan-himpitan itu justru saya tidak pernah merasakan kesal atau jengkel, bahkan saya asyik memperhatikan wajah-wajah pekerja seperti saya, yang setiap hari “nglaju” bekerja.Mereka begitu semangat untuk bekerja,mungkin semangat itulah yang tidak bisa di bayar dengan harga berapapun, luar biasa, dan kebanyakan merekapun rela untuk bergelantungan di luar pintu, hanya bergantungan dengan satu tangan, dan satu hal yang membuat saya tertarik, sebagian besar dari mereka adalah kaum perempuan!

Mungkin karena saya tidak pernah “nglaju” sebelumnya, jadi saya sempat terpana dan terkesima.

Ketika sudah agak kosong, dan salah satu perempuan berseragam biru muda yang bergelantungan di luar tadi duduk, kebetulan disamping saya dan saya menyempatkan bertanya, kerja dimana, tinggal di mana, dia menjawab dengan sopan, apa tidak takut bergelantungan di luar tadi? Ya takut, tapi apa boleh buat? angkutan ini (bis kecil )yang paling cepat. Alasan lainnya takut terlambat. Satu lagi sopirnya enak, nggak mungkin ngawur kalo jalan, saya percaya saja sama sopirnya…Lhah?

Hanya percaya dengan sopir?Kalau ada sesuatu diluar sopir, dia jawab sudah takdir, mas…Gusti yang punya urip, katanya sambil berdiri dan balik mempersilahkan saya duduk.

Tak lama dia pamit untuk turun di sebuah perusahaan yang memang terletak di tepi jalan raya jalur ini.

Pembicaraan singkat itu menjadi salah satu bagian dalam tulisan saya kali ini…

Saya teringat juga cerita tentang badut yang menyeberang dengan seutas tali dari gedung dengan ketinggian yang lumayan.Tidak ada yang berani, ketika kerumunan penonton diajak dengan digendong sambil menyeberang.Memang kalau jatuh, bukan hanya parah, mungkin bisa tewas di tempat.Ada seorang anak yang mau dan akhirnya mereka berdua menyeberang dengan selamat.Tepuk tangan bergemuruh setelah itu. Selidik punya selidik ternyata anak itu adalah anak si tukang badut, dan ketika ditanya kenapa berani, dia hanya menjawab bahwa dia percaya bapaknya pasti bisa, dia yakin selamat.

Ya percaya akan sesuatu..

Hidup kita juga akan senantiasa begitu, yakin dengan apa yang Tuhan lakukan, yakin dengan penolong kita yang hidup, Tuhan akan berikan secara cuma – cuma.

(Semarang, 28 Februari 2008, pas pertama kali naik bis kecil )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar